Super-woman Ever (part.1)

Super adalah suatu hal yang menakjubkan dan di luar jangkauan, sesuatu yang hebat dan extra-ordinary, sesuatu yang besar dan nyaris tak terlukiskan. Aku akan berusaha melukiskannya karena aku harus. Dia, Super-woman dengan hasil autodidact pastinya. Dia specialst meski tak professional di beberapa bidang sekaligus.

Dia guru. The most wonderfull teacher, di sekolah pun di rumah. Mengajarkan bagaimana bersikap dan berucap, bagaimana marah yang mendidik, marah dengan kata-kata yang tepat sasaran tanpa menyinggung perasaan, membiarkan orang lain berpikir akan kesalahannya. Mengajarkan sabar yang unlimited, menghadapi siapapun, apapun dan kapanpun.

Dia seorang perawat extra-wow. Salah satu pembuktiannya, baru-baru ini, di penghujung semester 6 (hal ini berarti saya sudah berkepala dua), karena salah makan, E. colli, bakteri yang menjadi musuh saat keberadaanya overload, menyerang tiba-tiba. Mual, serasa banyak angina dalam perut. Hanya mamapu berbaring saja, seperti anak bawah tiga tahun. Sedikit memalukan. The hangat, sup wortel-kentang hangat, perasan kunyit, obat pengusir diare, burjo (bubur kacang ijo) hangat, semua disodorkan, juga alat penghangat perut dan kaki (semacam bantal yang saat dialirkan energy listrik menjadi hangat-hangat kuku sampai panas, keras), dan meskipun dia juga tidak terlalu sehat, tetap: ambil uang receh gopek dan minyak angin, melukiskan warna merah muda belang-belang di punggung. Saat sakit itu emnyerang dan bibir nakal ini merengek (memalukan, ini sangat memalukan), dia datang, memijit lembut kepala ini. Seperti perawat ahli.

Dia master-chef. Memasak apapun, hasilnya enak. Pernah suatu kali, dia berkata: “tapi gak tahu gimana rasanya, soalnya tadi gak dicicip rasanya.” And you know what? Oseng kangkung itu benar-benar benar. Nikmat dan seketika lenyap.

Ini baru tiga bidang, pasti aka nada kelanjutannya. Nantikan kehebatannya di next-episode.

Leave a comment